Senin, 04 Maret 2013

Pengembangan Pariwisata di Paniai



Pengembangan Pariwisata dengan Dasar Budaya di Kabupaten Paniai 
Oleh
Hengki Kayame,SH


Orang melakukan perjalanan dari Wagethe, Obano adalah melakukan wisata, mereka juga membawa uang, ongkot/taksi dan makan, kalau kita belajar tentang Pariwisata maka akan sama dengan Emawaa dan Owaada/Wamuja.
Budaya itu tumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakat adat itu, budaya itu ada sejak masyarakat Mee ada, dia ada bersama-sama sejak masyarakat Mee, Moni, Dani, Dama. Pariwisata dibagi dalam Pariwisata, Seni, dan Budaya kalau kita bicara Pariwisata maka kita yang ada ini kelakukan wisata. Kalau kita bicarakan pelestarian maka kita memelihara bukan merusak, bukan menjual, kita lestarikan tempat budaya, kalau masyarakat minta uang untuk buat tempat Pariwisata itu salah, kegiatan yang masih bisa dibuat masyarakat adalah menyediakan tempat-tempat duduk, menginap dan lain sebagainya, sehingga ketika orang datang yang punya lahan akan mendapatkan dana/uang dari karcis masuk, bukan pemerintah yang uang tetapi masyarakat yang membuat sendiri tempat wisata untuk orang santai/bersenang-senang contoh: Air terjun di Bibida, masyarakat siapkan tempat istirahat untuk orang yang datang kesana. Garam ada dilaut, tetapi di Homeo ada juga Pabrik Garam asli menurut adat ini adalah sebuah potensi wisata, pasir putih di Keniapa dan tulang belulang manusia di pulau Duamo , ditempat-tempat ini ada uang. Dengan adanya delta-delta ini kita bisa promosi.
Dengan adanya potensi-potensi wisata ini tanah harus dijaga, tidak boleh dijual agar hal ini menjadi modal untuk mendatangkan uang dan dibangun dengan sangat sederhana.
Budaya kita sudah hancur, tidak ada pohon pinang orang mulai minum-minuman keras budaya kita sudah hancur oleh budaya-budaya modern, yang bertentangan dengan hukum agar mari kita pegang budaya kita, ibarat makan ikan, tulan kita buang daging kita makan.    
Melalui ini saya mohon agar kita melestarikan tempat-tempat wisata, kemudian sampaikan kepada masyarakat lain bahwa dikampung kami ada tempat wisata, oleh karena itu kita harus membangun EMAWA, supaya dia menjadi tempat-tempat belajar dan membuat Noken, gelang, anyaman-anyaman dan ditaruh ditempat wisata, supaya dengan itu masyarakat bisa mendapat pendapatan, karena kami tidak melestarikan banyak alat-alat seninya orang Paniai, dijual oleh orang lain, seperti noken dan koteka dijual oleh orang Makasar disitu terlihat hal-hal itu diambil alih oleh orang-orang luar untuk menjual, untuk itu mari kita lestarikan, mari kita bersatu,mari kita belajar dari Bunari, sosial kerja sama, dikampung Tradisional bunari kedua, Budaya orang Paniai, mari kita belajar dari orang tua, karena yang ada budaya yang tidak benar, kita harus belajar Adat ada tiga tungku: Agama, Adat, dan Pemerintahh. Waktu Tuhan Ciptakan Tanah, Tuhan mau kita menjaga tanah itu, sehingga jangan jual-jual tanah, Tuhan kasih tanah untuk kita menghidup jadi jangan jual-jual tanah, karena itu kalau kita lakukan maka tidak tahu adat masing-masing suku harus membuat sanggar budaya masing-masing, supaya dapat dengan mudah kembangkan, dan di Paniai harus ada Museum Budaya dan sebuah Gedung Kesenian karena itu mari kita lestarikan budaya, karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan, sekarang kapan lagi? 
 Hengki Kayame,SH

Tulisan ini merupakan hasil notelensi dari Seminar Pemberdayaan Masyarakat berpola budaya yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Paniai                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar