Pengembangan Pariwisata dengan Dasar Budaya di Kabupaten Paniai
Oleh
Hengki Kayame,SH
Orang melakukan perjalanan dari Wagethe, Obano adalah
melakukan wisata, mereka juga membawa uang, ongkot/taksi dan makan, kalau kita
belajar tentang Pariwisata maka akan sama dengan Emawaa dan Owaada/Wamuja.
Budaya itu tumbuh dan berkembang bersama dengan
masyarakat adat itu, budaya itu ada sejak masyarakat Mee ada, dia ada
bersama-sama sejak masyarakat Mee, Moni, Dani, Dama. Pariwisata dibagi dalam
Pariwisata, Seni, dan Budaya kalau kita bicara Pariwisata maka kita yang ada
ini kelakukan wisata. Kalau kita bicarakan pelestarian maka kita memelihara
bukan merusak, bukan menjual, kita lestarikan tempat budaya, kalau masyarakat
minta uang untuk buat tempat Pariwisata itu salah, kegiatan yang masih bisa
dibuat masyarakat adalah menyediakan tempat-tempat duduk, menginap dan lain
sebagainya, sehingga ketika orang datang yang punya lahan akan mendapatkan
dana/uang dari karcis masuk, bukan pemerintah yang uang tetapi masyarakat yang
membuat sendiri tempat wisata untuk orang santai/bersenang-senang contoh: Air
terjun di Bibida, masyarakat siapkan tempat istirahat untuk orang yang datang
kesana. Garam ada dilaut, tetapi di Homeo ada juga Pabrik Garam asli menurut
adat ini adalah sebuah potensi wisata, pasir putih di Keniapa dan tulang
belulang manusia di pulau Duamo , ditempat-tempat ini ada uang. Dengan adanya
delta-delta ini kita bisa promosi.
Dengan adanya potensi-potensi wisata ini tanah harus
dijaga, tidak boleh dijual agar hal ini menjadi modal untuk mendatangkan uang
dan dibangun dengan sangat sederhana.
Budaya kita sudah hancur, tidak ada pohon pinang orang
mulai minum-minuman keras budaya kita sudah hancur oleh budaya-budaya modern,
yang bertentangan dengan hukum agar mari kita pegang budaya kita, ibarat makan
ikan, tulan kita buang daging kita makan.
Melalui ini saya mohon agar kita melestarikan
tempat-tempat wisata, kemudian sampaikan kepada masyarakat lain bahwa dikampung
kami ada tempat wisata, oleh karena itu kita harus membangun EMAWA, supaya dia
menjadi tempat-tempat belajar dan membuat Noken, gelang, anyaman-anyaman dan
ditaruh ditempat wisata, supaya dengan itu masyarakat bisa mendapat pendapatan,
karena kami tidak melestarikan banyak alat-alat seninya orang Paniai, dijual
oleh orang lain, seperti noken dan koteka dijual oleh orang Makasar disitu
terlihat hal-hal itu diambil alih oleh orang-orang luar untuk menjual, untuk
itu mari kita lestarikan, mari kita bersatu,mari kita belajar dari Bunari,
sosial kerja sama, dikampung Tradisional bunari kedua, Budaya orang Paniai,
mari kita belajar dari orang tua, karena yang ada budaya yang tidak benar, kita
harus belajar Adat ada tiga tungku: Agama, Adat, dan Pemerintahh. Waktu Tuhan
Ciptakan Tanah, Tuhan mau kita menjaga tanah itu, sehingga jangan jual-jual
tanah, Tuhan kasih tanah untuk kita menghidup jadi jangan jual-jual tanah,
karena itu kalau kita lakukan maka tidak tahu adat masing-masing suku harus
membuat sanggar budaya masing-masing, supaya dapat dengan mudah kembangkan, dan
di Paniai harus ada Museum Budaya dan sebuah Gedung Kesenian karena itu mari
kita lestarikan budaya, karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan,
sekarang kapan lagi?
Hengki Kayame,SH
Tulisan ini merupakan hasil notelensi dari Seminar Pemberdayaan Masyarakat berpola budaya yang diselenggarakan oleh Dewan Adat Paniai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar